Tidur disebuah hotel, walaupun tidak berbintang emang terasa nyaman. Kasur yang lebih empuk daripada kasur di rumah, AC yang tidak saya punyai di rumah, TV kabel beberapa channel yang saya tidak bisa berlangganan dirumah. Membuat diri saya terasa berada dalam Surga. Tentu saja, yang paling mengasyikkan adalah teman bicara saya, wanita. Tidak perlu saya bilang cantik atau tidak. Yang pasti, turunan portugis membuat rambut ikal sepunggungnya “blonde” secara alami, tidak seperti wanita Indonesia kebanyakan yang tidak bangga akan rambut hitamnya. Hidungnya mancung dan matanya yang sayu. Agak mirip orang India malah. Kulitnya pun sedikit bule kalau saya perhatikan lebih mendetail. Suaranya yang empuk, menambah hangat suasana malam itu.
“Maksudmu..?”
“Kalau dulu seorang penyanyi betul-betul mempunyai kualitas dan skill sebagai seorang penyanyi dan dengan penuh perjuangan bisa meraih ke tangga popularitas. Contohnya Titiek Puspa, Nien Lesmana, Lilis Suryani dan penyanyi-penyanyi jadul lainnya yang memang bersuara bagus dan punya keahlian menguasai panggung. Gak seperti jaman sekarang yang punya vocal dikit yang penting tampi berani, jadi deh..”
“yah, itukan tahun 65-an, jaman lagi susah” sahut saya sambil membetulkan selimut. “AC-nya kecilin dikit dong, mulai kedinginan nih”.
“Eh, kecilin sendiri
“Huh payah…!!” gerutu saya. Sambil mengambil remote dan mengecilkan AC, sayapun berkata “ terus..?”
“Terus bagaimana Bang…?”
“Yah Ceritamu tadi…”
“Ouuu…….. Ya itu tadi Bang, penyanyi jaman dulu memang betul-betul matang secara kualitas. Contoh lainnya di tahun 80-90 an Bang. Banyak penyanyi berbakat yang memang mengandalkan kemampuan olah tarik suaranya, sebut saja Mel Shandy atau mungkin Ita Purnamasari. Trus berlanjut sama Krisdayanti atau mungkin juga Tri Diva itu Bang. Mereka emang bener-bener penyanyi, makanya lagu-lagu mereka menjadi legenda dan dikenang sampai sekarang.”
“ehhmm…..lah kalo jaman sekarang…?”
“Yahh…coba liat jaman sekarang deh Bang. Bentar Bang, benerin “ini” dulu…”
“Apaa tuuh…?”
“Hush, mau tau ajah”. Oh ya, liat penyanyi-penyanyi jaman sekarang. Banyak yang dikarbit asal-asalan, malahan banyak yang jual tampang dan sedikit pamer tubuh sana-sini, yang penting dapat order, padahal suaranya pas-pasan.
“Contohnya siapa tuh..?” jawabku yang mulai tertarik.
“Yahh… si Abang,
“Ya sudah…sudah…entar aku cari tahu sendiri..” tukas saya. Gak enak rasanya suasana malam ini jadi rusak gara-gara ke katrok an saya.
“Tapi bukan berarti gak ada loh Bang, penyanyi berkualitas jaman sekarang” sahutnya. “Contohnya yah si Agnes, suaranya bagus tuh…, juga Nurhaliza,
“Yup, gak pa-pa gagal yang penting gak sampai merendahkan diri.”
“Kalau begitu, kenapa gak jadi fotomodel ajah sekalian..? Toh, aku rasa kamu bisa jadi top supermodel..?”
“Yaahh, sama ajah Bang…….!!!”
“Kok bisa…?”
“Iya bang, dulu saya pernah jadi finalis salah satu majalah terkenal. Sewaktu menjalani karantina, ditawari oleh panitia, kalau mau menang bayar sekian. Untuk juara harapan sekian, juara ke tiga sekian, kedua sekian, apalagi pertama.”
“Lah kok gak dibayar”
“Sudah ku bilang Bang, gini-gini aku masih punya prinsip. Lagipula harganya itu masuk kisaran jut-jutan Bang…!!
“Yahh….bilang ajah gak punya duwit…hihihi……” tawa saya mengejek.
“Eh Bang waktu itu sudah kubilang sama mamak tentang masalah itu. Dan mamak mau aja, bahkan rencana menjual tanahnya, biar puterinya bisa jadi artis terkenal.”
“Terus..?”
“Akunya yang gak mau Bang, percuma ajah terkenal tapi gak jujur. Ibaratnya, percuma ajah kaya raya tapi hasil gak genah (tidak pantas)…itu prinsipku Bang.”
“Wah kalo itu Bang, terserah mereka sih. Insaf gaknya kita
“Paling tidak, mereka hidup makmur sekarang, tidak seperti kau…”“Beli gula susah, beli beras susah, bayar sekolah anak-anak ajah nunggak…..huahahaha…!!!”
“Opo ae….!!!” Teriak Rijal, temen se-kamarku yang gundul, tinggi besar. Persis tugu pahlawan.
"Eh, itu si rijal yah bang..?”
“Iya, dia marah, tidurnya terganggu. Gara-gara kita ngobrol terus dari tadi”
“Iya yah Bang, sekarang pulsa enak yah…sudah murah ada bonus Free Talk lagi…Ya udah yah Bang, aku tidur dulu. Ngantuk nih..”
“Oke lah, aku juga ngantuk”
“Cepet pulang lohh bang, anak-anak kangen. Daaaah……….!!!”
Terdengar nada beep tanda telepon di tutup. Dan saya pun, menekan tombol bergambar telpon warna merah.
1 komentar:
walah..gelodak, ngobrol d telpon...adakno...tak pikir ngambil dari cerita novel sastra,
perkenalkan saya kucing5555, mau ngambil ceritane mbok darmi
Posting Komentar