Sabtu, 24 Januari 2009

Siapa yang salah…….?

Biasanya, kalau kita beli barang di supermarket/minimarket, kembalian yg recehan ditukar dengan permen. Misalnya, kita ada kembalian Rp 1.300, maka kita akan mendapatkan pecehan uang seribuan dengan permen 3 biji (dg asumsi 1biji=Rp 100). Ini biasanya dilakukan dengan alasan tidak ada uang kecil.

Nah, kalau saya tempo hari melakukan hal yg sebaliknya. Maksudnya, saya membeli barang dg alat pembayaran berbentuk permen…………

Ceritanya begini, seperti biasa saya melakukan belanja bulanan dibeberapa toko atau mart2 yg menjamur diberbagai tempat. Alasan saya sih karena perbedaan harga dibeberapa toko. Cari yg lebih murah. Seperti biasa, terdapat uang kembalian yg berbentuk pecahan termasuk receh. Walhasil, saya mendapat beberapa permen sebagai pengganti receh tsb. Di toko yg terakhir, ketika dikasir, kembali saya mendapat permen pengganti receh.

Gemes dg kejadian sebelumnya (total permen saya sekitar 10biji, termasuk yg baru saya dapatkan) saya bertanya dg mbak kasir.

“kok, yg Rp 300 diganti permen mbak..?”

“Mohon maaf pak, tidak ada uang kecil……….” Sahut si mbak dimanis-maniskan. Dasarnya dia sudah manis, jadi sangat tambah manis……….

“Oh……..gitu yah…?...........”oh ya mbak, ini berapaan..?” Tanya saya lagi sambil mengambil wafer coklat merk “beng-beng” ukuran kecil. “Seribuan pak…” sahut si mbak dg tetep memasang wajah manisnya. “Kalau gitu ambil dua mbak……….”sahut saya cepat. Sambil mengambil uang satu ribuan dan permen 10biji.

“Loh, kok permen pak….? Tanya si mbak bingung. Sekarang wajah sedikit beda dari yg tadi. “Mohon maaf mbak, gak punya uang kecil…”jawab saya sekenanya.

“Loh, tidak bisa begitu dong pak….!” Sengit si kasir. Kali ini wajahnya tambah cakep kalo lagi marah.

“Kenapa tidak boleh mbak…? Mbak tadi sudah mengganti uang kembalian saya yg ratusan dg permen. Alasan mbak, tidak punya uang kecil, dg kata lain saya juga boleh membeli barang2 disini dg permen karena saya jg tak punya uang kecil. Mbak sebagai penjual boleh melakukan hal itu, kenapa saya sebagai pembeli tidak boleh….?” Sahut saya dg cepat sekali. Sampek wajah sikasir keliataan bengong.

Namun rupanya si mbak kasir gak mau kalah. Adu mulut terjadi di kasir. Karena terjadi ketegangan, rupanya pembeli yg lain yg kebetulan antri tidak sabar. Ada seorang Ibu yg ikut nimbrung. “Sudahlah mas, ini uang mas yg Rp 300 saya kasih. Wong cuman segitu aja kok repot………..? Kata si Ibu sambil menaruh uang pecahan seratusan tiga koin.

Karena sudah capek, saya gak mau kalah dg Ibu ini yg sok jadi penengah tp gak tau caranya. Sambil mengambil dompet, terus saya kasih tau uang yg berada didompet saya. “Ini bukan masalah nominal uang bu”, tapi masalah prinsip. Ibu bisa liat, ada sekitar 2jt didompet saya ini (padahal uang tagihan catering kakak saya……..hihii…..). Masalahnya, mbak kasir ini merasa berhak mengganti uang Rupiah dg permen. Kalau ibu tahu (sambil mengambil satu koin dimeja kasir milik si Ibu). Di uang koin ini ada gambar burung Garuda, lambang Negara Republik Indonesia. Maksudnya, uang ini adalah alat pembayaran yg sah di Negara ini dan juga dilindungi oleh Undang-Undang dan Hukum yg berlaku dimanapun di Negara ini. Sedangkan si mbak menggantinya dg permen, dg kata lain, si mbak ini (sambil saya menunjuk tegas kearah wajah si kasir) melakukan pelecehan terhadap uang koin ini, dg kata lain juga, si mbak sedang melakukan pelecehan terhadap Undang-Undang dan Hukum yg menaungi uang koin ini……..!” Saya berbicara ini dg aksen yg saya buat sedemikian rupa. Sehingga terdengar sangat berwibawa.

“Tapi kan kami tidak punya uang kecil pak…” kembali si kasir menimpali, kali ini wajahnya gak kliatan manis sama sekali. Malah keliatan sedikit keluar air mata. Kasihan juga sih, tapi sudah terlanjur ambil tindakan, mending saya lanjutkan aja………

“Tidak punya uang kecil untuk kembalian, sebetulnya bukan masalah pembelinya mbak….itu masalah penjual dalam hal ini masalah mbak sebagai kasir. Seharusnya, mbak bisa minta tolong kepada rekan mbak untuk keluar sebentar menukar beberapa ribu dg uang kecil. Bukannya malah menggantinya dg permen. Bukankah, mbak malah memaksa saya untuk membeli barang ini…? Bayangkan saja mbak, mbak sudah melakukan pelecehan terhadap uang ini ditambah memaksa saya membeli permen. Ini penipuan terselubung namanya…..!”

“Ya sudah pak, kami mohon maaf. Silahkan bapak tunggu disini, kami akan menukar uang diluar sebentar”. Kali ini seorang pria pegawai toko itu yg berbicara.

“Tidak bisa mas….!” Sahut saya keras. “Karena kesalahan kasir ini, saya jadi tertunda bisnis saya…!!”. Padahal, sumpah saya pengangguran yg payah……………”Pokoknya, saya mau beli wafer ini dua buah ini dan ini pembayarannya. Titik…!”

Walhasil, dirumah saya makan “beng-beng” sambil senyum-senyum sendiri. Sebetulnya, kalau dipikir, masalah dikasir tadi cuman masalah kecil. Tidak perlu diperpanjang seperti tadi. Tapi yah, gimana lagi sudah kadung sengit sama si kasir sih…..


7 komentar:

cakuLi mengatakan...

mas..kalo mas belanja di toko saya...tar uang kecilnya jadi baut dan mur loh...secara toko saya bengkel...xixixi..peace...


Nice blog ..

Ciput Mardianto mengatakan...

atm yang keluar permennya kayaknya nggak ada juga

Anonimmengatakan...

wew.. om kastor ngeblog jugag ... :malu:

torasham mengatakan...

loh...?

koe iki sopo?

Anonimmengatakan...

wah om!saya salut!bisa seperti itu!q pun kalo di supermarket sampe skrg masih dapat kembalian permen.tapi ya kupikir toh juga receh..cuma ya emang napa harus kayak gitu ya..

miss J mengatakan...

Kasian si mbak kasir.. ^^' tapi mank bagus jg c se2kali disadarin, lebih bagusan ma dirutnya langsung mas.. nice posting! ^_^

akhatam mengatakan...

Wah mantap ceritanya bro... met kenal yah...

 
© free template by Blogspot tutorial