Selasa, 24 November 2009

MANUSIA YANG TERSINGKIR

Buseet....... rupanya pernah corat-coret di buku berbasis wordpress. Berhubung dah lupa passwordnya, akhirnya pindah sini aja.

MANUSIA YANG TERSINGKIR

Bagi teman-teman yang bekerja “ikut orang”, pernah nggak terpikir bahwa kita kelak akan tersingkir dari lingkup pekerjaan kita..?

Tersingkir bisa berarti; karena umur atawa pensiun atau bisa juga karena tehnologi.

Kalau kita tersingkir karena faktor usia sih, menurut saya, bukanlah suatu persoalan. Karena kelak, cepat atau lambat kita akan mengalaminya. Tapi kalau tersingkir karena tehnologi..?

Tragis sekali…….!

Karena kitalah yang menciptakan tehnologi, yang kemudian justru “membunuh” kita.

Dulu, ketika kapal merapat ke pelabuhan, butuh hampir ratusan orang dan beberapa hari kerja untuk bongkar-muat. Sekarang, di Indonesia yang tehnologinya masih kuno saja, bongkar muat di pelabuhan bisa mengirit waktu hingga sekitar dua hari dengan bantuan peralatan hasil dari tehnologi. Bagaimana lagi di Negara-negara maju penguasa dan pencipta tehnologi..? Dengan segalanya sudah komputer, mungkin cukup satu hari dengan memakai sedikit tenaga manusia tidak lebih dari hitungan jari jumlahnya.

"Pembunuh" Manusia?

Dulu saya pernah ikut sebagai kernet truk pengangkut material (sirtu istilahnya). Ketika itu, untuk memuat dari tanah ke truk butuh sekitar 5-10 orang dan memakan waktu sekitar 2 jam. Setelah beberapa tahun, para penambang sirtu ini sudah memakai escavator. Dengan satu orang operator, bisa melayani hingga puluhan truk dalam sehari. Sewaktu membongkar sirtu di lokasi juga sama, ketika itu, ada sekitar 2-4 orang memakai sekrop dan pacul untuk menurunkan sirtu. Sekarang dengan truk yang memakai tehnologi hidrolis, sekali tekan, bak truk sudah akan menurunkan sirtu dengan sendirinya. Dengan perhitungan cermat, pemakaian mesin lebih irit dan menghasilkan pemasukan lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja manusia.

Dibidang “profesional” pun, manusia juga mulai terancam dengan adanya tehnologi yang bernama software. Beberapa tahun lalu, para profesional dibidang akunting, misalnya, menggunakan tenaga manual untuk mengerjakan laporan keuangan untuk kliennya. Mungkin dalam 1 Perusahaan terdapat 3-5 akuntan yang mengerjakan. Namun, seiring dengan kemajuan tehnologi, software pun berkembang dengan pesat. Hal ini membuat pengerjaan akuntansi lebih efisien dan cepat yang hasilnya perampingan dalam jumlah karyawan kantor akuntan. Bahkan mungkin kelak, 1 karyawan mampu meng-handle 2-3 klien.

Perusahaan-Perusahaan sekarang berusaha menyesuaikan kondisi ini dengan berusaha “tidak mengambil” karyawan baru lagi. Mereka lebih condong kearah “outsourcing” untuk melakukan segala sesuatunya. Apalagi mengingat kebiasaan karyawan-karyawan lama yang condong kearah senioritas sehingga agak sulit diatur. Akibat dari keadaan ini, melahirkan manusia-manusia multi talenta yang mampu mengerjakan dan mengoperasikan ini dan itu dan mereka begitu “mobile” untuk menjadi freelance di sana-sini sekaligus menyingkirkan karyawan-karyawan lama. Tidak ikatan historial lagi di dalam Perusahaan-Perusahaan sekarang ini.

“Gak bisa…?”

“SIKAAAAATTTT….!!!” Kata si bos.

Tidak kah kawan-kawan semua takut akan keadaan ini…?

Betapa ngeri melihat kenyataan ini. Tersingkir oleh manusia is oke, tapi oleh “benda”…?

Yang lebih menakutkan lagi bila saya merenung jauh kedepan, nasib anak cucu saya, di masa yang akan mendatang…..

Bagaimana dengan anda…?

It’s not the strongest of the species who survive, nor the most intelligent……but the most responsive to change. (Charles Darwin).